WELCOME

WELCOME TO MY BLOG
HOPE YOU ENJOY
Pink Skull Crossbones

Rabu, 27 Juni 2012

Penyimpangan Nilai Dalam Lomba Antar Remaja

Banyak sekali kegiatan-kegiatan atau acara seperti lomba yang dilaksanakan baik oleh pemerintah atau sebuah institusi (gereja, pesantren, LSM, dll) yang bertujuan untuk memupuk dan mengasah kemampuan para remaja (usia 11-17 tahun) baik dalam hal kesenian, teknologi, komunikasi, bahasa, sains, dsb.
Kegiatan-kegiatan seperti ini memang sangat bermanfaat namun sayangnya tidak diimbangi dengan pola penilaian kreativitas yang adil sehingga manfaat dari kegiatan-kegiatan ini akhirnya menjadi semu dan tidak lagi murni.
Sebuah kegiatan misalnya lomba teater antar remaja yang mengharuskan partisipasi penuh dari remaja; mulai dari ide cerita, alur, tema, pemain, hingga sutradara yang semuanya harus diisi oleh para remaja (terkecuali pelatih). Namun pada prakteknya, para remaja hanya menjadi boneka yang dikendalikan para orang dewasa. Untuk menghasilkan sebuah cerita yang bergengsi diatas panggung, para remaja biasanya dan kebanyakan hanya menjadi pemain saja, aku lebih suka menyebutnya sebagai “boneka”, dikarenakan 85% partisipan yang membangun teater tersebut adalah orang dewasa, mulai dari sutradara, pelatih, pembuat cerita dan casting pemain, bahkan tidak jarang ada juga orang dewasa yang menyamar dan ikut menjadi pemain dalam sebuah pentas teater yang diperlombakan demi sebuah penampilan teater yang terlihat hebat.
Hal seperti ini memang membuat sebuah teater terlihat hebat (ya namanya saja ada campur tangan orang dewasa), tapi hal itu adalah hal yang semu karena tujuannya bukan lagi untuk mengasa kemampuan remaja tapi menjadi grup teater pemburu hadiah sehingga bisa dibilang grup teater yang seperti ini apabila dinilai juri dengan nilai yang bagus maka itu menjadi penilaian yang semu. Karena hal bagus yang terlihat didalam teater tersebut bukan lagi hasil karya para remaja tapi itu adalah buah pemikiran orang-orang dewasa yang bergerak dibalik bayang teater tersebut.

TRAGISNYA!
Anggap saja ada sebuah grup teater (kita sebut saja teater A) yang ikut dalam sebuah lomba teater. Grup teater ini murni semuanya terdiri dari para remaja bahkan yang membuat ide ceritanya adalah juga para remaja, sedangkan para orang dewasa dalam hal ini hanya berperan sebagai pengawas, penanggung jawab, dan pelatih.
Pelatih cukup melatih para remaja untuk hal-hal seperti pendalaman peran, meditasi, dan bagaimana membuat cerita itu terasa hidup, sedangkan diluar itu dikerjakan 100% oleh para remaja.
Grup teater A pun tampil diatas panggung sebuah lomba. Kemudian mereka bersaing dengan grup teater Z yang merupakan kontras dari grup teater A. Grup teater Z adalah grup yang disetir seutuhnya oleh orang-orang dewasa seperti yang disebutkan sebelumnya.
Hasilnya tentu saja akan sangat berbeda, grup teater Z jelas akan jauh lebih bagus dari grup teater A dikarenakan grup Z mengandalkan pikiran dan tenaga orang dewasa yang sudah pasti lebih ahli di bidang teater bila dibandingkan dengan grup teater A yang notabene adalah para remaja. Ujung-ujungnya grup Z menerima kemenangan semu, menerima predikat semu, menerima prestasi semu, dan menerima hasil yang semu. Tidak ada satupun remaja yang ter-asa kemampuan dan bakatnya, karena keberhasilan yang mereka peroleh tidak murni adalah kerja keras para remaja. Sedangkan grup A meskipun tidak mendapat nilai sebanding dengan grup Z namun grup A telah memberikan penampilan sejati dan apa-adanya yang mencerminkan karya remaja, dengan begitu grup A sebenarnya adalah pemenang sejati yang hanya perlu lebih berusaha dan bekerja keras dilain waktu.

Sama halnya dalam perlombaan koor; demi membuat sebuah grup koor yang hebat yang bisa mendapatkan juara dalam sebuah perlombaan, tidak jarang bahkan sering orang-orang dewasa menyamar menjadi remaja dengan alasan tidak ada remaja yang bisa memberikan suara bass yang optimal.
Namanya saja lomba koor antar remaja! Tentu saja grup-grup yang akan tampil tidak bisa dipaksakan sebagus dan sehebat penampilan grup koor orang dewasa, penilaiannya harus diubah sesuai karakteristik remaja pada umumnya, demi terlaksananya tujuan dari kegiatan-kegiatan atau lomba yang akan mengasa kemampuan para remaja di negara ini.
Berilah karya terbaik untuk sebuah kemajuan, bukan berkarya untuk sebuah hadiah dan keberhasilan yang semu!
»»  READMORE...