WELCOME

WELCOME TO MY BLOG
HOPE YOU ENJOY
Pink Skull Crossbones

Rabu, 07 September 2011

Keluyuran

Masalah pertengkaran antara anak dengan orang tua adalah yang paling sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Perbedaan faham antara keduanya sering berakibat fata, bahkan terlalu fatal terhadap kehidupan di masa depan, baik masa depan anak itu secara khusus dan juga secara umum adalah masa depan negara.

Antara orang tua dan anak seharusnya memiliki rasa saling mengerti dan menghormati untuk menghindari pecahnya perang antara pihak orang tua dengan anak. Khususnya anak dalam masa-masa transisi memiliki tingkat kesensitivan yang tinggi, ini adalah dampak proses dalam pubertasi (=PERUBAHAN), dan anak cenderung berubah 90 derajat dari yang biasanya, namun hal normal (tapi penting) ini sering disalah kaprah oleh sebagian besar orang tua.

Banyak orang tua yang suka 'menuntut' pada anak dalam segala hal yang dimata orang tua benar.
Memang, sebagai orang tua sudah seharusnya memelihara anak dengan benar demi kebahagiaan anak, tapi hasilnya yang terjadi malah keburukan yang diterima anak.
Pada dasarnya, seorang anak remaja memiliki insting liar, hal ini wajar namun penting untuk dibentuk (oleh orang tua) menjadi hal yang positif, pada langkah inilah orang tua sering SALAH mengambil tindakan.
Anak remaja sama halnya dengan burung yang terbang BEBAS dan akan sangat tersiksa bila harus hidup didalam sangkar, bahkan sangkar emas sekalipun.  Namun sebaliknya, seekor burung bebas pun tetap membutuhkan sarang.

Tentu saja tidak ada orang tua normal yang tidak cemas bila anak remajanya sering pulang larut malam tiap hari, dan sebagian orang tua langsung mengambil tindakan telak untuk tidak mengijinkan anak tersebut keluar rumah untuk 'bermain' - dalam hal ini bergaul dengan kawan-kawannya, kemudian ditambah aturan ekstrim untuk rajin belajar.
Hal inilah yang membuat anak remaja tertekan. Nalurinya yang liar merasa dikurung dalam banyak 'batasan-batasan' sehingga memicu anak untuk berontak. Perselisihanpun terjadi !
Kasus seperti ini biasanya ditanggapi orang tua dengan ceramah yang lebih mirip 'omelan' dan dikte-dikte yang semakin membuat anak lebih dan lebih dan lebih TERTEKAN !
 
Dari segi anak remaja yang merasa tertekan dalam keluarga, rasa yang diciptakan dari emosi belianya adalah wajar secara dia masih dalam tahap transisi, jadi orang tua tidak bisa menuding seorang anak remaja sebagai durhaka dan 'kepala batu' bila dia berontak dengan aturan-aturan yang menurutnya ekstrim. Dia hanya ingin menggambarkan ketidak-nyamanannya, bila orang tua terus mendiktenya atau secara telak menentang faham dari anak, meski itu atas dasar demi kebaikan anak itu, tapi tetap saja ini salah, karena bagi seorang anak remaja tidak ada kebaikan dalam perasaan "tertekan".
Sifat keras kepala adalah sifat normal pada anak remaja (apalagi dalam keadaan ditekan). Namun sifat keras kepala yang diperlakukan seorang ayah atau ibu kepada anak remaja 'nakal' nya hanya menunjukan ketidak-dewasaan dan ketidak-bijaksanaan orang dewasa.

"Orang dewasa itu bodoh, hal yang seharusnya simple malah dibuat rumit, sebaiknya aku tidak mau menjadi dewasa"
-Em S-

Jangan sampai motto seorang remaja labil diatas terpikirkan oleh anak remaja anda.

Orang tua yang baik harus mengenal anak-anaknya dengan baik agar bisa memberi apa yang benar-benar baik bagi anak. Bila kita melihat seekor ayam yang menyantap sarapannya tanpa piring dan mengambilnya langsung dengan paruhnya dari tanah, tentu saja kita tidak akan berpikir bahwa ayam itu telah melanggar kesopanan dalam "tata krama makan". Atau kita malah harus menjadi lebih bodoh dari itu karena tata krama makan segala makhluk harus selalu diukur dengan menggunakan sendok dan serbet !

Apa yang seharusnya dilakukan orang tua dalam menghadapi liarnya anak remaja? Pernahkah anda berpikir, kenapa anak remaja suka keluyuran sampai tengah malam tanpa merasa terancam dengan adanya orang jahat, perampok, dan maniak yang bertebaran pada malam hari? Ada 3 jawaban:

1). Mereka merasa bisa melindungi diri, perlu diketahui para orang tua dalam hal ini apakah anak-anak remaja Anda memang sudah tau bagaimana melindungi diri atau cuma sok melindungi diri.

2). Mereka merasa berada ditempat yang aman, dan mungkin memang tidak ada kemauan untuk keluyuran ditempat yang mengancam.  Berhati-hatilah, karena pandangan berbeda yang radikal dari orang tua adalah permulaan sebuah konflik besar.

Pada kedua jawaban inilah sering terjadi selisih faham antara orang tua dengan anak.

Selanjutnya:
3). Merekalah bagian dari orang-orang malam yang jahat itu, sehingga seekor ikan tidak merasa perlu takut tenggelam. Pada point ini bagi orang tua disebut: Sudah Terlambat.
»»  READMORE...

Selasa, 06 September 2011

Kebahagiaan Anak Dikorupsi Orang Tua

Oleh: Ayu Wulandari

Dari beragam masalah rumah tangga, pemicu dasarnya hanya satu, yaitu: Ketidak-bijaksanaan kepala rumah tangga.  Misalnya: seorang anak yang terjerumus dalam ketergantungan pada narkoba biasanya dicap sebagai anak yang mencemarkan nama keluarga. Tapi tunggu dulu, apakah latar belakang dari perbuatan anak itu?
Seperti pepatah katakan, seorang anak adalah seperti "kertas putih polos", apapun jadinya, tergantung pada apa yang "dicoretkan" orang tua.
Adakah orang tua yang pernah merenungkan PEMICU kebebalan seorang anak? Biasanya, kesalahan selalu dilimpahkan pada 'si-bebal'.

Pada dasarnya, baik-buruknya seorang anak, tergantung pada pemeliharaan dan cara mendidik orang tua.
Memelihara anak tidak cukup hanya dengan memberi makan, menyekolahkan, memberi uang, dsb. Tapi lebih dari pada itu, seorang anak butuh perhatian yang benar sebagai wujud kasih sayang yang benar.
Apakah bisa dikatakan "kasih sayang" bila orang tua menyanjung anaknya saat suasana hati mom & dad sedang baik, tapi pada saat suasana 'panas hati', sanjungan-sanjungan itu seolah-olah tidak pernah ada? Apakah yang harus dipersalahkan? Keadaankah? Bila begitu, maka ini sangat tidak adil bagi si-anak.

Pada umumnya orang tua berkeinginan besar untuk melihat putra-putri nya bahagia. Tapi, justru yang terjadi malah orang tua memberi suatu "ketidak-bahagiaan" bagi anak demi ambisi mereka "melihat kebahagiaan anak". Tapi pada prakteknya mereka mencari kebahagiaan mereka sendiri.
Demi melihat anak menjadi cerdas, orang tua 'memaksakan' anak untuk masuk sekolah bergengsi, akhirnya anak yang mereka harapkan bisa menjadi cerdas justru tertekan karena nuraninya sama sekali tidak mau belajar dalam suasana ekstrim seperti yang didapat pada sekolah-sekolah bergengsi dalam prestasi, sang anak akhirnya hanya berenang dalam ketidak-nyamanan selama proses belajar. Inikah kebahagiaan yang ingin diberi orang tua? Hasilnya, anak tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dalam pendidikan dan dia jatuh dalam depresi dan tekanan. Selain itu, harapan orang tua hancur, kemudian orang tua mulai mencap anaknya "tolol" dan "malas belajar", apakah ini adil? Seorang anak disebut bahagia bila dia berhasil meraih cita-citanya sendiri, dan dalam meraih cita-citanya tidak mungkin tidak ada benturan, namun disinilah peran orang tua untuk terus memberi dukungan, semangat, hiburan, kekuatan, dan harapan agar anak mereka tidak berputus asa.
»»  READMORE...